Review Film: Merasakan Ketegangan Bertahan Hidup di Pesawat melalui Emergency Declaration dan Hijack 1971

Film-film Korea Selatan yang tayang di bioskop Indonesia bulan Juli menarik perhatian peminat drama dan aktor Korea untuk ditonton. Salah satu film yang berhasil memikatku lewat trailer-nya yang menegangkan dan membuatku penasaran yakni film Hijack 1971. Menonton film bertema aviasi satu ini mengingatkanku akan film Emergency Declaration, film thriller asal Korea Selatan bertema sama yang rilis dua tahun lalu.

Poster Film Hijack 1971 dan Emergency Declaration (Sumber: Pinterest dan hancinema.net)

Kedua film ini sama-sama punya plot yang menarik; sama-sama tentang crime disaster. Film Hijack 1971 bercerita tentang pembajakan pesawat komersial Korean Air Lines dengan nomor penerbangan HL 5212 yang dilakukan oleh pria berusia sekitar 20-an tahun pada Januari 1971. Sesuai dengan tagline filmnya, pesawat yang terbang menuju Seoul ini tiba-tiba dibajak oleh salah satu penumpang yang memiliki tujuan yang berbeda yakni ke Korea Utara. Di sisi lain, film Emergency Declaration bercerita tentang penyebaran teror biologis yang dilakukan oleh mantan peneliti virus pada pesawat Sky Korea dengan nomor penerbangan KI 501 yang bertujuan ke Hawaii, Amerika Serikat. Kedua film ini sama-sama based on true story meskipun tragedi pada film Emergency Declaration tidak benar-benar nyata terjadi, hanya terinspirasi dari pengalaman nyata pesawat yang perlu mengeluarkan pernyataan darurat untuk segera mendarat.

Suasana tegang berhasil merasuki jiwa para penonton. Bagaimana tidak? Kedua film menampilkan adegan yang menaik-turunkan emosi penonton. Penonton serasa ikut merasakan atmosfer konflik yang terjadi di dalam kedua pesawat dan menerka bagaimana nasib seluruh orang di pesawat akibat dua kejadian itu. Film Hijack 1971 dibuka dengan tragedi pembajakan pesawat Korean Air Lines YS-11 yang terjadi pada Desember 1969. Saat peristiwa ini terjadi, Tae-in (Ha Jung-woo), mantan personel Angkatan Udara Korea Selatan, sedang latihan terbang menggunakan pesawat tempur, lalu di waktu yang bersamaan terlihat pesawat Korean Air YS-11 sedang melintas menuju wilayah Korea Utara. Tae-in mengawasi pesawat yang dibajak tersebut dan melakukan hal yang membuatnya terus berefleksi diri di kemudian hari.

Tae-in saat masih menjadi personel Angkatan Udara Korea Selatan (Sumber: hancinema.net)

Dua tahun kemudian, Tae-in mendapat kesempatan untuk menerbangkan pesawat komersial untuk pertama kalinya sebagai kopilot bersama dengan pilot Gyoo-sik (Sung Dong-il). Ia juga mendapatkan kesempatan untuk mendaratkan pesawat komersial untuk pertama kalinya dari pilot Gyoo-sik. Tidak disangka, pesawat yang diterbangkannya dibajak oleh salah satu penumpangnya, Yong-dae (Yeo Jin-goo), yang memaksanya agar pesawat mendarat di Korea Utara. Hal ini serasa de javu bagi Tae-in, namun kali ini Tae-in merasakan langsung menjadi pihak yang dibajak. Yong-dae mengancam para kru pesawat dan penumpang agar pilot Gyoo-sik dan kopilot Tae-in mau menuruti keinginannya sampai membuat Tae-in memohon pada Yong-dae dan harus mempertahankan keselamatan seluruh penumpang di tengah kondisi tubuhnya yang terluka. Penentuan rangkaian peristiwa untuk plot film ini dapat dikatakan keren karena sang penulis bisa terpikir untuk memasukkan dua tragedi pembajakan pesawat yang benar-benar nyata terjadi di Korea Selatan dalam satu film sekaligus dan menyambungkan keduanya menjadi plot yang ciamik.

Suasana di film Hijack 1971 (Sumber: hancinema.net)

Kejadian pada film Emergency Declaration ternyata berkaitan dengan realita yang dihadapi manusia di seluruh dunia beberapa tahun terakhir karena film ini juga berkaitan dengan penyebaran virus mematikan pada manusia. Namun, virus yang tersebar berbeda macamnya. Uniknya, skenario film ini dibuat jauh sebelum pandemi Covid-19 muncul sehingga topik virus pada film tidak menjadi hal yang baru di mata penonton saat ini bagi sang penulis (CNN Indonesia, 2022). 

Film Emergency Declaration dibuka dengan mantan peneliti virus Ryu Jin-seok (Im Si-wan) yang mengumumkan ke publik melalui video yang di-upload dan tersebar di internet bahwa ia akan menyerang dan membunuh orang-orang di pesawat. Ia pergi ke Incheon International Airport dan bertanya kepada petugas penjual tiket pesawat yang berujung pada ia membeli tiket pesawat dengan tujuan ke Honolulu, Hawaii, Amerika Serikat dikarenakan ada banyak orang yang membeli tiket dengan tujuan ke daerah tersebut.

Ryu Jin-seok mulai melancarkan aksinya dengan menyebarkan virus yang ia bawa di toilet pesawat. Akibatnya, penumpang yang menggunakan toilet setelah dirinya mengalami gatal-gatal tak henti dan meninggal secara tiba-tiba. Virus semakin menyebar ke penjuru pesawat serta satu persatu penumpang dan kru pesawat terinfeksi, termasuk para pengemudi pesawat. Para penumpang kesal hingga bertengkar dengan Jin-seok akibat ulahnya yang membuat mereka merasa terperangkap tidak bisa pergi ke manapun karena jika mereka keluar dari pesawat saat itu juga untuk menyelamatkan diri, hidup mereka tentu tidak akan selamat. Keadaan di dalam pesawat tidak karuan sampai pesawat miring karena pilot meninggal dan pesawat diperintahkan untuk memutar balik kembali ke negara asalnya. Kendali pesawat akhirnya dikuasai oleh kopilot Choi Hyun-soo (Kim Nam-gil) yang bergantian dengan Park Jae-hyuk (Lee Byung-hun), mantan pilot yang menjadi salah satu penumpang di pesawat tersebut, dikarenakan kondisi kesehatan kopilot semakin menurun. Pasalnya, Jae-hyuk sedang mengalami trauma akan bepergian dengan pesawat akibat kejadian yang ia alami sebelumnya selama masih menjadi pilot, yang membuat ia dan kopilot Hyun-soo berselisih.

Situasi di dalam pesawat di film Emergency Declaration (Sumber: hancinema.net)

Kejadian ini menggemparkan dua wilayah — wilayah darat dan udara — juga banyak pihak. Kejadian yang terjadi pada pesawat yang terbang di udara memusingkan pihak pemerintah termasuk Menteri Pertanahan, Infrastruktur, dan Transportasi Kim Sook-hee (Jeon Do-yeon) dan Kepala Pusat Manajemen Krisis Gedung Biru Park Tae-su (Park Hae-joon) serta kepolisian yang ada di darat. Belum lagi, pesawat Sky Korea KI 501 harus menghadapi berbagai negara yang menolak izin untuk mereka melakukan pendaratan darurat. Mereka juga harus menghadapi situasi terkait sebagian masyarakat Korea Selatan yang tidak memperbolehkan pesawat untuk mendarat dikarenakan mereka menganggap belum ada obat yang pasti bisa menyembuhkan korban dan mencegah virus menyebar ke orang sekitar korban. Benar-benar sangat kompleks dan kacau. Hal ini sampai membuat detektif In-ho (Song Kang-ho) melakukan hal nekat yang menghancurkan fungsi normal tubuhnya. 

Pihak pemerintah dan kepolisian bekerja sama menyelesaikan kasus teror biologis di pesawat (Sumber: hancinema.net)

Keluarga korban teror biologis menanti kembalinya orang-orang yang mereka sayangi (Sumber: hancinema.net)

Terlepas dari suasana tegang yang terjadi, kedua film ini ternyata punya kesamaan di beberapa komponen scene-nya. Kopilot pada film Hijack 1971 dan Emergency Declaration sama-sama menjadi pihak yang berinisiasi dan berani menangani pelaku teror di pesawat. Pada film Hijack 1971, kopilot Tae-in sangat sigap menghadapi sang pembajak dengan tangan kosong sejak awal hingga akhir pembajakan terjadi, sementara pelaku mengancam bahkan sampai menyodorkan pistol dan granat ke arahnya dan penumpang. Perjuangan kopilot Tae-in memang bisa dikatakan heroik sampai ia rela mengorbankan dirinya demi menyelamatkan nyawa seluruh penumpang. Sementara itu, pada film Emergency Declaration, kopilot Choi Hyun-soo inisiatif menghadapi sang penyebar teror biologis sampai memeriksa bukti perbuatan pelaku, berkelahi dengan pelaku, dan terjangkit virus yang telah menyebar ke seluruh pesawat.

Kopilot Tae-in menghadapi pembajak pesawat di film Hijack 1971 (Sumber: hancinema.net)

Kopilot Hyun-soo menghadapi pelaku teror biologis di pesawat pada film Emergency Declaration (Sumber: hancinema.net)

Tidak hanya sama-sama kopilot yang harus berjuang, para pelaku kejahatan di kedua film ini sama-sama meninggal di dalam pesawat. Yong-dae meninggal karena tertembak oleh pramugara setelah hatinya tersentuh oleh ucapan kopilot Tae-in. Sementara itu, Ryu Jin-seok meninggal karena terpapar oleh virus yang ia bawa sendiri setelah sempat diselidiki dan berkelahi dengan kopilot Choi Hyun-soo.

Yong-dae (Sumber: hancinema.net)

Ryu Jin-seok (Sumber: hancinema.net)

Tidak hanya dua hal itu, kedua pesawat di kedua film sama-sama kehabisan bakar bakar sebelum mendarat. Pesawat pada film Emergency Declaration tidak benar-benar kehabisan bahan bakar karena ternyata bahan bakar pesawat Sky Korea KI 501 masih tersisa sedikit, meskipun sebelumnya sempat dinyatakan kehabisan bahan bakar sampai mesin dan lampu pesawat mati. 

Secara plot, memang lebih kompleks film Emergency Declaration bila dibandingkan dengan film Hijack 1971 karena berdampak ke banyak pihak dan berfokus ke wilayah udara dan darat. Meskipun begitu, sinematografi kedua film sama bagusnya. Pantas saja film Emergency Declaration diundang untuk tayang perdana di Cannes Film Festival tahun 2021 dalam kategori Out of Competition.

Film Hijack 1971 membuktikan bahwa pihak yang seharusnya melindungi masyarakat mirisnya malah menjadi pihak yang tidak bisa dipercaya. Film ini juga mengajarkan bahwa seseorang perlu bertanggung jawab atas apapun yang telah dilakukannya. Film Emergency Declaration memberi pesan bahwa perlunya mengesampingkan masalah antarpribadi demi bekerja sama untuk menyelesaikan masalah yang sedang ada di depan mata.

Intinya, kedua film ini sangat worth to watch!


Referensi:

CNN Indonesia. (2022, Agustus 21). 5 Fakta Menarik Film Emergency Declaration. Diperoleh pada Agustus 2024, dari https://www.cnnindonesia.com/hiburan/20220820204342-220-836995/5-fakta-menarik-film-emergency-declaration.

Komentar

Postingan Populer